Persiapan Melepas Dark Ages Semasa SMA

Hai, lama ga nulis disini. Kemaren emang ada niat mau bikin journey survive UTBK. Tapi dipikir-pikir, ceritaku ga menarik. Ga seenerjik dan heroik para pejuang lainnya. Haha. Dan, jadilah aku hiatus blog ini sampe lama banget (ga juga sih). 

Tadi siang aku habis nemu postingan di Instagram yang cukup membuatku kepikiran sampe detik ini.  Sebuah feeds dari @anakteknikindo yang kebetulan lagi membahas tentang bedanya orang sibuk vs orang produktif. Of course lagi-lagi aku kebawa memori masa sekolah dulu. Dimana aku ngira jadi anak sibuk itu keren, jalan kesana-kemari, mendadak femes karena saking sibuknya, dan angan-angan halu lainnya. Ternyata efeknya baru kerasa sekarang. Haduh luka baruuu aja kering udah kebuka lagi.

Jadi gini, dulu di pandanganku, produktif adalah yang sibuk. Padahal mereka ini dua hal berbeda. Langsung aja kurangkum dari postingan aslinya, orang yang sibuk adalah orang yang gampang mengiyakan segala tawaran pekerjaan tanpa lihat prioritas. Mereka gatau tujuan utamanya apa, yang mereka pikir adalah "yang penting bos senang". Kerja, kerja, dan kerja sampe kelelahan sendiri dan ngedumel sendiri (seperti aku). 

Kemudian produktif adalah kebalikan dari sibuk. Mereka mengerti dan paham pembagian waktu, target, dan capaian. Tidak asal bilang "iya" pada semua tawaran pekerjaan. Yang menguntungkan dan mengantarkannya pada target ialah yang dipilih. Mereka paham kapan harus rehat, main, kerja, dll. Dahlah intinya kebalikan dari sibuk aja. 

Dahulu kala pribadiku sendiri adalah yang sibuk. Saking sibuknya, aku hampir melenakan (bahkan sudah) tugas-tugas sekolah yang mana inilah harusnya yang jadi prioritas. Aku gatau apa yang ada di pikiranku saat itu. Semua tugas aku iyain, dengan berpikir ringkas "bisalah ya masukin ke jadwal hari A". Padahal kan, gaada yang jamin apakah jadwal harian bakal terlaksana sesuai rencana? Yap, aku memang mendapat pujian, jam terbang tinggi, cuan dimana-mana. Tapi, kewajibanku sendiri malah aku abaikan hanya untuk semacam ini. Karena passionku adalah di bidang kreatif, maka pikiranku saat itu "dahlah gapapa, itung-itung nambah portofolio..." Bodoh.

Sekarang lihat, yang bisa kulakukan hanya maju ke depan. Meninggalkan kenangan buruk berupa kebodohan di masa lampau memanglah berat, tapi bukan berarti tidak mau hilang. Butuh waktu untuk memaafkan masa lalu, tapi lebih banyak waktu yang dipakai untuk persiapan melangkah lebih tegap dan mantap. UGM dan ITS say goodbye padaku. Bukan pribadi seperti inilah yang mereka cari. Beruntunglah kalian yang sudah sadar akan pemahaman produktif dan sibuk lebih dulu. Inilah masing-masing yang kita tuai.

Aku gamau kejadian seperti ini terulang lagi di masa depan. Ga boleh ada rasa takut untuk bilang "enggak dulu ya". Beberapa hari ini aku sudah ada progress tolak-menolak. Alhamdulillah, aku harus bisa menentukan prioritas, jangan lengah. Jangan salahkan siapa-siapa, termasuk dirimu. Jangan mau kehilangan diri hanya karena diperbudak nafsu duniawi. Semua harus sadar, dibawah kendali sepenuhnya. Masa lalu jangan dihapus, sebab suatu saat nanti kau akan menengok sebentar hanya untuk mengucapkan "terima kasih"padanya, lalu tentu saja kau harus melanjutkan perjalanan.

College life, here we go.

Komentar

BACA JUGA TULISAN YANG LAIN👇