Nawaitu Hijrah
Bismillahirrahmanirahiim.. semoga ga salah niat.
Seminggu sebelum ditinggal Ramadan, persilakan aku menuangkan sedikit uneg-uneg yang...serius dan ga cukup bentar mengendap di pikiran :(. Pernah ga si temen-temen sekalian ngerasain kayak gitu? Dimana ada satu pikiran yang terus-terusan muncul walau sekelebat. Akhirnya aku berusaha meluangkan sedikit waktu buat mecahin masalah yang kalo ditarik ke arah catatan amal malah berakibat fatal ini.
Jadi gini, temen-temen udah baca judulnya kan ya? "Nawaitu Hijrah". Sebelumnya, apa sih "hijrah" itu? Hijrah secara kasat artinya "pindah". Kalo boleh aku coba tafsirkan makna hijrah yaitu "berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan memperbaiki keadaan". Bebas sih mau diartiin apa, yang jelas ada unsur berpindah ke sesuatu yang lebih baik intinya.
Dengan berpegang pengertian hijrah versiku tadi, sebenernya inilah yang bikin aku kepikiran terus. Pengen gitu nyobain euforia hijrah, walau sekedar apa doang. Hm, mungkin kalian mikir aku mau hijrah jadi ukhti-ukhti fi sabilillah. Tapi menurutku pribadi agenda hijrahku ga mengarah kesitu sama sekali. Bukannya aku gamau seperti akhwat itu, tapi...ah udahlah ntar aja dibahasnya, out of content buat hari ini.
Ok aku bahas maunya hijrahku itu ngapain.
Aku mau hijrah dari aplikasi bajakan.
Aku pun kaget bisa-bisanya punya pikiran kayak gini. Padahal selama pelajaran TIK di sekolah aku ga care sama materinya, masalah HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Posisiku juga bisa dibilang sebagai kreator juga, yang mana topik hak cipta itu sangat sensitif. Walaupun masih dalam skala kecil, setidaknya pernah merasakan punya karya yang kalo aku tau ada orang make karyaku tanpa izin, beuh mencak-mencaknya kebawa sampe asrama. Saat itu aku masih juga bebal, ga peduli koar-koar para freelancer senior yang mengampanyekan "Hentikan Penggunaan Software Illegal!". Disitu aku mikir, "peduli amat gituan. Besok-besoklah kalo udah punya duit, aku beli yang legal deh.. Yang penting sekarang gua bisa desain tanpa ketauan sama si developernya". Dasar aku.
Kemudian, makin lama makin santer aja kampanye gituan. Di samping itu, makin rame juga temen-temen yang tanya cara nge-crack aplikasi biar ga ketauan ilegal. Di satu sisi aku merasa keren, karena aku tau cara cracking. Di sisi lain mulai muncul rasa aneh gitu. Kayak aku ga ikhlas mau ngasih crack-crackan ke mereka. Bukan karena pelit, tapi kayak ada rasa berdosa gitu ngajarin sesuatu yang buruk-buruk. Mana harmful kan ya, aku juga gatau apakah laptop/ PC yang mereka pake ada virusnya atau enggak. Males ga sih mau mastiin, ribet banget jelasinnya (astagfirullah sombong). Pokoknya harmful aja, aku takut kalo sesuatu terjadi ke PC mereka. Kan tiap orang punya file penting masing-masing. Nah itu lho naudzubillah the worst partnya.
Belum selesai sampe disini, aku masih lanjut ngeladenin temen-temen yang tanya macem-macem aplikasi tersebut. Waktu itu pikiranku gini,
"Ya namanya juga urgent, anak-anak mau belajar gapapa kali ya pake crack-crackan dulu. Yang penting mereka melek teknologi, melek kondisi zaman sekarang yang apa-apa kudu visual."
Dah kan, saat itu aku masih aktif banget bikin-bikin desain. Sempat crack-crackan ku gagal load karena kesambung internet, jadilah ketauan kalo aku pake app ilegal. Alhasil install ulang dan dipake lagi :(
Cuman aku belum kapok teman! Belum! Bahkan makin sering aku nyari-nyari app bajakan. Waktu itu alesannya demi kepuasan batin, menuntaskan rasa penasaran akan suatu tutorial. Hadeh...
Lalu sampailah aku di masa-masa tanggungan desain sudah tidak menumpuk seperti dulu. Jadi ada tambahan waktu luang deh walau aslinya gabut parah alias kangen ngedesain. Mungkin ya karena gabut inilah aku jadi sedikit membuka pikiran, mencoba menyerap ilmu-ilmu non-esensial, baca-baca opini orang, dll. Kuakui dengan cara-cara tersebut ternyata wawasanku jadi sedikit lebih luas dan makin terlatih menyaring mana opini yang baik dan buruk buat asupan otak remaja otw dewasa ini. Termasuk kampanye freelancer senior tadi, perihal aplikasi bajakan. Awalnya masih nonsense di aku. Karena mungkin baru sebatas "hentikan penggunaan aplikasi bajakan". Tapi lama-lama aku semakin sering mendapat "pesan" sejenis dan akhirnya mencoba memahami sisi lain pembajakan aplikasi.
Dulu aku pernah punya pikiran, "keliatannya gapapa kalo aku pake app bajakan. Lagian kan aku masih belajar, belum pure niat cari kerjaan. Hmm kayaknya ga ngaruh kan ya ke finansial mereka, kan dah punya banyak income dari perusahaan, instansi, atau orang baik yang udah beli produknya. Mereka pun gatau kalo aku pake aplikasi bajakannya. Semoga aja gapapa deh". Hidup lumayan tenang waktu itu, dengan pemikiran simpel seperti ini.
Sampailah pada suatu hari, aku disadarkan oleh postingan salah satu freelancer senior yang ikut kampanye penghentian aplikasi bajakan.
Bahasanya sederhana, dan itulah yang mungkin bikin aku langsung merasa makjleb. Summariesnya beliau bilang gini:
"...Pake aplikasi bajakan dengan alasan belajar itu ibaratnya kita belajar naik motor. Tapi motornya ngambil dari dealer tanpa izin. Iya kita ga make buat ngojek atau dijual lagi, cuma mau belajar dan mengakomodasi diri sendiri. Apakah menurut kalian itu tindakan yang dibenarkan?"
"...Developer mungkin memang tidak menghabiskan banyak dana untuk masalah bahan seperti industri lain. Tapi mereka butuh pendanaan yang tidak sedikit untuk riset, maintenance, inovasi, dan pengembangan-pengembangan lainnya..."
Kemudian ditutup dengan dalil, “Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram”. (HR Bukhari).
Apa tidak makdeg maktratap membaca summaries caption yang seperti itu?
Bagian makdeg-nya ialah yang "developer butuh banyak dana untuk riset, inovasi, maintenance, dll". Aku paham cara kerja orang-orang kayak gini, karena secara ga langsung desainer pun mengalami hal serupa.
Bayangin deh, kalian punya ide, cemerlang banget, tapi ga bisa direalisasikan cuma karena kurang dana. Giliran ada dana, ide dan inovasi mereka "dicuri" tanpa izin dan pemasukan berpindah ke rekening si pencuri lewat jalan adsense situs. Sama kayak desainer. Kita punya karya, eh dishare orang lain yang tidak bertanggung jawab dengan mengecrop watermark. Dan yang terkenal justru yang dishare sama pihak tai itu. Sakit hati kan?
Aku baru sadar esensi pentingnya hak cipta. Disinilah transaksi yang seharusnya. Yang kita bayar itu pemikiran, bukan layanan. Insinyur aplikasi yang harus merancang ini mungkin sudah mengerahkan sebagian besar tenaga, waktu, dan pikirannya. Eh kita yang disini asik-asik aja ngebajak. Aku yakin mereka pasti tau kelakuan warga 4.0 ini. Aku paham mungkin mereka geram juga walau pemasukan dari patron-patron ngalir. Sekali lagi aku baru sadar, ide dan kreativitas itu mahal harganya.
Terus, bagian maktratapnya ialah pas beliau ndalil. Kanjeng Nabi sudah mewanti-wanti kita, bakalan ada umat manusia yang kalo cari harta segala cara dihalalin. Tindakan ngebajak ni salah satunya. Aku tau itu haram, berisiko hukum pula. Tapi makin kesini aku sadar, suatu saat pasti aku kepikiran buka jasa komisi desain. Pasti itu. Yah baru kepikiran sih, belum niat banget-banget. Kalo itu terealisasi, kan berarti nanti bakalan ada dana yang masuk. Pertanyaannya, apakah pemasukan tersebut bisa dikategorikan sebagai "pure penghasilan" yang mana dana itu bisa dipake buat menambah timbangan amal? Apakah bisa? Saat ini mungkin aku belum bisa berpikiran materialistis ya. Tapi ga salah kan kalo punya cita-cita for the sake of hereafter?
-----
Seketika setelah menarik kesimpulan dan berpikir jernih, langsung aku uninstall aplikasi-aplikasi bajakan yang sudah dua tahun kurang bersemayam di "tubuh" pacarku, alias laptop kesayangan. Sebenarnya aku belum melepas secara utuh, karena masih ada beberapa soft file penting yang belum dibuat salinan sehingga kalau-kalau suatu saat dibutuhkan masih bisa dibuka. Dan sebenarnya masih ada aplikasi penting yang gabisa kulepas begitu saja, yakni Microsoft Office. Wallahi dulu waktu pertama beli mereka legal. kemudian aku melakukan kesalahan fatal yang sampai sekarang aku gatau penyebabnya apa sehingga Microsoft Officeku pun ikutan hilang. God please forgive me :(
Sebagai gantinya dari aplikasi-aplikasi yang sudah ku uninstall, aku mencoba beberapa software yang open source, alias dia memang gratis. Dulu aku sempat underestimate sama produk satu ini, karena pikirku dulu C0r3l lah yang terbaik (padahal cara dapetinnya ga baik, astagfirullahal'adziim). Hehe, akhirnya karena tertarik dengan segala kefleksibelannya dan compatibility dengan pacar kentank-ku, bismillah deh aku coba. Iya, aku coba install InkScape. Katanya sih versi mudahnya c0r3l. Dan ga memakan banyak RAM dimana pacarku cuma mampu 2 GB doang.
Kemudian ada satu aplikasi lagi, namanya Krita. Dilihat-lihat dari review orang, Krita ini aplikasi gratis super-powerful. Ga kalah kualitas dibanding software sejenis. Gampangnya, Krita itu aplikasi semacam Paint. Pastinya udah lebih lebih lebihhh.... next level ya daripada Paint xixi. Aku udah coba sih, dan yaa boleh deh. Aku mau belajar gambar pake itu :))
Hm sebenernya ada satu lagi, tapi masih sebatas angan-angan dulu. Namanya Affinity Design. Kenapa masih angan-angan? Huhu, pacarku ntar ngambek dikasih ginian. Alias ntar freeze tiba-tiba kan males ya. Doain deh semoga cepet punya pacar baru *eh. Ya salah siapa coba, mau diupgrade malah dianya yang gak bisa. Mending cari baru kan? Huhu kasian. Si Affinity ni aku kiat reviewnya juga bagus-bagus, bikin ngiler. Gratisnya itu lho, walaupun cuma dikasih free trial 3 bulan. Setelahnya kita harus beli, tapi jangan ekspektasi harga dulu! Justru enaknya disini, pembayaran cuma sekali, kemudian kita bisa pake selamanyaaaa... Gaada tuh namanya langganan. Pure beli, bukan cuma langganan. Harganya juga ga sefantastis Ad0b3. Ih jadi pengen kan..
-----
Inilah materi overthinkingku dari beberapa waktu lalu. Ternyata. Kukira aku overthinking masalah kuliah, ternyata bukan.
Gimana? Pusing ga bacanya? Semoga tulisan ini bisa jadi arsip digitalku yang mana kalo aku khilaf bisa balik baca-baca buat ngingetin diri sendiri. Ini masih proses temen-temen, namanya juga masih awal-awal hijrah. Tantangan pasti ada, cuman belum keliatan aja. Prinsipku gausah tergesa-gesa. InsyaAllah nanti kalo udah rezeki pasti bisa kok, beli aplikasi legal ;)) Oiya ini aku sertakan link postingan yang memengaruhi aku buat hijrah (klik di tulisan linknya ya). Terima kasih udah bersedia baca, semoga bisa menginspirasi buat temen-temen yang mungkin lagi di posisi yang sama :)
Kebetulan lagi momen,
25 Ramadan 1441 H / 18 Mei 2020 M
Komentar
Posting Komentar