Sendu di Siang Hari
2 bulan rasanya ga update itu kayak rasanya beban numpuk di otak. Padahal banyak banget sepotong-sepotong kisah yang harusnya aku tuangkan disini, biar ga mati blognya. Biar ga mati juga akal penulisnya gegara lebih suka jadi konsumen tulisan orang daripada berkreasi sendiri. Aku suka kreasi. Baik kreasi seni rupa ataupun kreasi alam pemikiran. Kreasi seni rupa mengantarkanku pada ketrampilan motorik yang udah diberikan Allah. Sedangkan kreasi alam pemikiran membuatku menjadi lebih paham apa maksudnya aku diciptakan, mengapa bisa seperti ini, bagaimana caranya mengatasi itu, dan lain sebagainya. Bidang kognitif gampangannya ah elah. Dan aku jelas ga mau menyia-nyiakan dua kemampuan tersebut. Justru aku yang paling semangat mengasah mereka agar memiliki nilai guna dan estetika yang patut.
Udah ah intronya panjang banget.
Kali ini aku mau sharing suatu problematika yang sempet kualami. Kejadian ini berlangsung belum lama kok. Paling beberapa minggu yang lalu. Cukup vital sih masalahnya, berkaitan dengan hak pribadi. Bagian dari rules terutama kamu yang (mungkin) pernah merilis satu kreasi. Cukup nyeri apabila kamu pernah merasakan apa yang kurasa.
Yak aku mulai aja. Aku tuh pengen banget ubah konsep akun Instaku. Berhubung Allah kasih aku rezeki dan nikmat bisa mendesain, menggambar, juga fotografi aku ingin menggabungkan 3 kompetensi tersebut untuk personal branding. Salah satu medianya ya lewat Instagram. Yang awalnya akunku dipakai untuk postingan random ga teratur antara event, desain, dan fotografi semuanya ku arsipkan. Lumayan capek sih, 10+ foto soalnya..
Dah kan, sementara akunku berisi 0 foto tanpa private account. Selama itu pula IG ku cuma dipake buat bikin story, liatin story temen, cari inspirasi, dan DM. Sempet aku non-aktifkan akun, tapi terus kubuka karena aku dah ga tahan. Ehehe... Nah dengan konsep awalku tadi yakni menggabungkan 3 kompetensi diatas aku makin mematangkan dan merealisasikan ideku tersebut. Kenapa aku mau susah-susah kerja dua kali: motret dan gambar? Kenapa ga akun foto aja? Atau akun desain juga boleh tau? Jawabannya adalah:
"Kalo aku jadikan itu akun sebagai akun fotografi, aku malu karena emang aku ga PDan orangnya. Lagian fotoku tuh biasa-biasa aja, ga kayak mereka-mereka yang super expert berpengalaman. Kalo aku jadikan itu akun desain, kasian hasil-hasil jepretanku yang melimpah di folder laptop. Sia-sia ga pernah dipajang. Seenggaknya aku bisa menutupi rasa maluku atas jeleknya fotoku dengan gambaran digital tanganku. Dan semuanya ori."
Alhamdulillah ga lama setelah itu akhirnya aku post deh karya pertamaku berdasar konsep barunya. Dikasih caption "Comeback. Semuanya ori." Mungkin aku salah timing kali ya, jadi yang lihat dan like sedikiiit banget. Maaf agak pansos. Mulai deh muncul notif-notif menyembul dari atas. Beberapa waktu kemudian, ada satu komentar kayak gini:
"Yah fotoku dipake :( " Cukup menyakitkan buatku waktu itu karena aku merasa jelas-jelas siang itu aku duduk di lapangan sekolah buat motret ke-aesthetic-an sekolahku.
"Itu fotoku kali kak" kubalas dia di komen.
"Mirip punyaku tapi... sampe sekarang belum di aku (dia numpang kamera orang ceritanya)"
---
Karena aku beneran kepo, ga terima dan berbagai spekulasi lainnya, aku buru-buru buka file explorer dan mencari fotoku yang tadi. Kubuka properties, author: Balma. Ga percaya, aku buka foto sebelahnya yang kuingat itu dijepret pada waktu yang bersamaan. Lagi-lagi authornya Balma. Time and datenya sama, cuma beda berapa detik doang. Nah aku kan ga mau cari perkara tuh, jadi kuhiraukan aja dia. Sebagai gantinya, aku bersedia mengganti caption menjadi "Comeback" saja tanpa "semuanya ori" dan menge-tag dia karena aku pun masih ragu itu dia pas minjem kameraku apa gimana. Hmm.. ga rela aku tuh sebenernya. Tapi ah sudahlah. Hanya foto. Berakhirlah perkara itu dengan dingin.
Eh tiba-tiba baru kemarin Jum'at aku menemukan suatu kejanggalan di akun fotografinya dia lewat akun IG nya temenku. Aku mencoba mengenali salah satu foto disitu, yang jelas bikin tertarik. Aku sangat ingat bahwa itu foto murni jepretanku dan aku yang suruh mbak modelnya pose begitu.
Batinku berkata, "Oh ini yang dulu sukanya klaim-klaim karya orang tapi sendirinya juga ga izin make fotoku" Minimal nge tag lah ya, tapi apa? Sama sekali ga menyinggung aku. Berhubung aku ga mau jadi netizen tak budiman, jadi aku ga ingin memberi sindiran halus di foto"nya" dia yang apik itu. Biarkan kami berkembang dengan cara sendiri-sendiri. But, kenapa malah aku ga menuntut hak ciptaku ya? Bahlul.
----
Plagiarism salah satu tantangan terbesar seorang kreator. How to do this differently? Gimana yaAllah tunjukkan hambaMu ini konsep berani beda tu gimana?? Itulah yang mengasah kemampuan kreasi motorik serta kreasi alam pikiran kita. Aku pesen nih ya, seenggaknya perlulah minta izin ke empunya kreasi untuk ikut mengkomersilkan hasil karya tersebut. Jangan hanya asal comot tanpa pemberitahuan si empunya. Kalaupun malu atau malas *aku ga peduli* untuk meminta izin, jadikanlah dia inspiratormu. Buatlah hasil dari tanganmu sendiri. Modifikasikan. Boleh meniru style orang lain, tapi bumbuilah karya masing-masing dengan sesuatu yang menjadi karakter spesial dirimu.
Hmm sekian aja deh dari aku. Siang hari ini mengantukkan sehingga apa boleh buat makin berakhir artikel ini makin ngelantur dan mbelibet. Hahh... sedikit lebih lega setelah menulis. Terimakasih masih mau baca ini. Intinya aku mohon maaf karena aku sadar aku banyak salah kapanpun dimanapun karena aku manusia biasa bukan Nabi. Segala salah datangnya dari aku sendiri, dan segala kebaikan tak akan datang tanpa ada campur tangan dari Allah.
Siang, Jogja!
-ku lagi rehat-
Komentar
Posting Komentar