Keluar dari Zona Nyaman

tb: @aishasna_

"Waktu ke waktu perlahan kurakit egoku
Merangkul orang-orang yang mulai sejiwa denganku
Ke-BM-an membukakan jalan mencari teman
Bergeraklah dari zona nyaman"
---
Penggalan lirik lagu Zona Nyaman dari Fourtwnty itu membuatku berpikir dan mencoba mengingat, berapa kali aku pernah keluar dari zona nyaman? Ga sampe sepuluh jari paling.
.
Disini aku ga mau melankolis, ga mau meratapi diri sendiri kenapa begini-begitu. Aku cuma mau nge-review seberapa jauh pencapaianku dalam rangka keluar dari zona nyaman.

Di saat-saat menjelang UN SD beberapa tahun silam, ramai teman-temanku menggembar-gemborkan sekolah impian mereka. Ketika mereka ditanya, "mau lanjut kemana?" jawaban mereka kebanyakan, "SMP 5", "SMP 8", "Pawitikra", "Bhawara". Bisa dibayangkan bukan persaingan mereka? Sedangkan aku, kalau ditanya mau lanjut mana jawabnya "Mu'allimaat". Dan biasanya respon penanya cuma "ooooh... kenapa ga di 5/8 aja?" kalo ga "oalah dimana itu" atau lain lagi "kenapa ga Gontor?" Duh. Tapi aku merasa bangga menjawab Mu'allimaat. Karena alhamdulillah pada masa-masa itu pengumuman PPDB udah siar, dan aku keterima. Jadi ya aku santuy aja gitu, belajar juga ga ngoyo. Toh besok aku juga masuknya ke ponpes, udah keterima, lagi. Ga kaya mereka yang pada saat itu mengejar sekolah favorit no. 1 Jogja yang masih ngawang takut kalau-kalau didupak dari list calon siswa baru karena tergeser oleh nilai lain yang mungkin jauh lebih tinggi. Ceklis pertama, aku ternyata udah pernah keluar dari zona nyaman. Bisa dibayangkan, anak lulus SD masuk ke sebuah sekolah berasrama yang hidupnya sama ustadzah dan teman-teman. Bukan orang tua yang sudah sekian tahun tinggal bersama. Apa-apa sendiri, jajan sendiri, berangkat sekolah sama teman, nyuci baju sendiri, setrika sendiri, makan ambil sendiri, ranjang dirapihin sendiri, dan lain-lain yang serba mandiri. Tapi aku bangga, sekali lagi aku justru bangga. Aku beda, aku mau coba hal baru. Dan ternyata sampai sekarang aku orangnya masih tetap ingin tampil beda :D Masa bodo ah orang-orang mau kayak gimana, yang penting aku kayak gini. Ya ini lho aku dengan versiku sendiri, buat apa menjadi aku dengan versimu?
.
Kehidupan berlanjut. Bangku tsanawiyah alias SMP aku ikuti dengan saksama. Dan aku berusaha menemukan warna-warna untuk mengisi hari-hari pra-remaja ku. Ya iyalah aku ga mau ketinggalan momen, ga mau melewatkan setiap waktu yang Allah berikan buat aku. Pertama kalinya aku ikut kepanitiaan itu menjadi anggota devisi Dekdok alias Dekorasi dan Dokumentasi. Sampai sekarang jabatan itu melekat di aku. Oke, hampir 4 tahun ya berarti?

Mulai dari situ aku bisa merasakan rasanya jadi anak sibuk. Kumpul panitia terus, bolak-balik asrama kakak kelas, dan sibuk ngumpulin informasi baru yang sekiranya berguna untuk ke depannya. Ceklis kedua, aku udah jadi anak sibuk di saat-saat lagi kerasan di asrama. Hari Jum'at kurelakan ga pulang di saat teman-teman pulang. Alhamdulillah nilai-nilai kehidupan dekdok yang sudah kuserap dari jaman kapan itu masih berguna sampe sekarang.

Di bidang prestasi, alhamdulillah aku berkenalan dengan sebuah kitab kuning. Subulussalam judulnya. Membahas tentang hadits tentang masalah ibadah gitu. Pertama-tama aku dipangil madrasah buat ikut lomba MQK (Musabaqah Qiraatil Kutub) yang diadain Kemenag. Saat itu aku buta banget sama yang namanya huruf gundul. Ya bayangin aja anak kelas 1 SMP sekolah Muhammadiyah disuruh ikut lomba baca kitab gundul tingkat Provinsi langsung! Aku persiapkan diriku sebaik-baiknya (walaupun ga baik sih sebenernya).  Aku tau aku ga bakal menang. Lawannya anak MA --karena marhalah-marhalah (kelompok tingkatan) di lomba MQK berdasarkan umur, bukan kelas--. Aku ikut yang bidang Hadits marhalah Wustha, dimana range umur dari 13 tahun-18 tahun apa ya.

Berlanjut kelas 2, aku bergabung dengan organisasi di sekolah. Ngurusin devisi Bahasa. Keren gitu make jas, ke asrama adek-adek kelas, ya pokoknya kehidupan kakak kelas dimulai disini. Tahun ini ga ada yang namanya MQK, berhubung cuma 2 tahun sekali. Jadi kelas 2 ku ini diisi dengan kegiatan bolak balik asrama temen buat konfirmasi, ketemu kakak kelas pembina buat koordinasi, dan lain-lain. Oh iya, bakat atau keahlianku sekarang juga muncul dari sini. Ceritanya, kan aku bergabung di organisasi intern bawahannya IPM Mu'allimaat. Nah pas awal periode, kakak-kakak IPM udah bikin buku agenda. Terus waktu kumpul pengurus, si ketua bilang, "Kita mau bikin buku agenda juga enggak? Apa desainnya mau sama kayak kakak IPM?" hening. Tiba-tiba ada yang nyeletuk, "Beba aja! Beba katanya pernah bisa desain!" aku lupa siapa. Patutnya aku berterima kasih padanya, sudah membantu aku dalam mengembangkan bakat. Lanjut, akhirnya semua terprovokasi, "Iya udah Beba aja udah". Ya aku yang namanya masih masa transisi malu-malu dan berbaur dengan teman-teman cuma bisa diam nge-iyain aja. Saat itu komputer asrama belum ada. Jadi aku harus bolak-balik naik tangga menuju lab komputer yang saat itu masih boleh dipake sama murid, dan aksesku lebih mudah karena aku salah satu anggota ekskul desain grafis. Sekarang mah susah mau izin pake. Alasannya buat USBN, UAMBN, UNBK, dll. Padahal komputer melimpah gitu.. Alhamdulillah temen-temen saat itu merasa puas akan hasil kerjaku. Mulai saat itu, oleh teman-teman aku dijadikan tukang desain dan tukang dekdok. Sampai sekarang. Itung-itung latihan menapaki dunia karir :D
.
Masa kelas dua berakhir. Digantikan masa kelas 3 yang sangat riweuh mempersiapkan ini itu buat ujian lah, buat buku agenda, mulai kenal cowok lah, dll. Ya kesibukan anak kelas 3 SMP ya belajar, ya nambah materi buat UN dan UAMBN. Ditanya capek enggak ya jawabnya capek. Tapi apa dinyana ya emang kayak gitu realitanya. Tiap hari makin selo aja agendanya. Ga ada HW, ga ada ekskul, sering pulang siang, dll. Di kelas 3 ini aku dibebani tugas berat oleh ketua angkatan. Tugas membuat buku tahunan independen. Tanpa bantuan dari korporasi khusus yearbook. Ya begitulah anak Mu'allimaat, selama dirasa bisa sendiri kenapa enggak? Dan awalnya aku ga mau daftar panitia, eh gatau kenapa kok aku jadi pengen. Yaudah deh, itu salahku juga sebenernya. Waktu istirahat dan belajarku terforsir.

Di samping mengerjakan yearbook, salah satu ustadzah asramayang mengetahui passionku langsung calling me for some tasks gitu. Ustadzahku mau mendirikan olshop kerudung dan gamis syar'i. Dan aku disuruh bikin logo. First trial ustadzah sempet kurang puas gitu deh. Tapi tetap dipake sebentar untuk sementara. Second trial, ustadzahku puas dan sangat 'wuah' gitu. Setelah job logo, aku disuruh bikin katalog ala olshop hijab-hijab kekinian gitu. Ustadzahku yang alumni pun independen. Ambil model dari anak didiknya, terus foto sendiri, terus edit minta tolong aku. Emang sih itu desain ga seberapa bagus, tapi seenggaknya selama ustadzah ga murka sih ga apa ya. Dari situ jugalah pertama kalinya honor jatuh di tanganku. Alhamdulillah. Tanda aku keluar zona nyaman: melakukan hal-hal menguras waktu di saat teman-teman justru having fun hangout di saat-saat libur ujian. Aku rapopo.

Aku ikut MQK lagi kelas 3. Alhamdulillah masih di semester 1, jadinya masih boleh ikut lomba. Kitab dan marhalah yang kuambil masih sama, Hadits wustha kitab Subulussalam. Aku mulai mengerti perihal perubahan harokat, perubahan kata, mufradat baru, dll. Aku balas dendam dengan belajar lebih giat tentang kitab gundul yang mana aku langsung tertarik padanya sejak kelas 1. Aku tiap malam datang ke kamar ustadzah minta diajarkan. Minta tolong diartikan. Walhasil karena kurangnya pemahaman ustadzahku, aku sampai mencari e-book terjemahan kitabnya. Alhamdulillah untuk kesekian kalinya Allah memudahkan jalanku. Lihat kitabnya sekarang, penuh post-it yang kutempel berisi arti-arti/makna dari pokok kalimat per paragraf. Ga kebayang kan?
 .
Kelulusan Tsanawiyah berakhir. Masuklah era 'Aliyah. Era menuju proses remaja, era diana yang katanya indah penuh warna. Era yang katanya minta dilanjutkan di part 2 kapan-kapan. Aku takut kalian bosen baca ini. Jadi ya aku akhiri dulu tulisan  malam ini. Aku cuma pengen berbagi. Ga usah dimasukin hati. Terimakasih saya pamit undur diri.


Komentar

BACA JUGA TULISAN YANG LAIN👇